Langsung ke konten utama

Pestisida dan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Assalamualaikum Wr. Wb. Hallo teman-teman, gimana kabarnya nih ? Semoga pada sehat semua ya. Udh lama nih aku gak nulis di blog, nah kali ini aku bakal bahas tentang pestisida dan pengendalian hama terpadu (PHT). Yuk yg mau tahu lebih lanjut bisa disimak ya hehe...

EMPAT PRINSIP DASAR DALAM PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting.
Ada empat prinsip dasar yang mendorong penerapan PHT secara nasional, terutama dalam rangka program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Beberapa prinsip yang mengharuskannya PHT pada tanaman sayuran adalah seperti dinyatakan dalam uraian berikut ini.
1. Budidaya tanaman sehat
Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut. Oleh karena itu, setiap usaha dalam budidaya tanaman paprika seperti pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan produktif, serta hasil panen yang tinggi.
2. Pemanfaatan musuh alami
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial merupakan tulang punggung PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman.
3. Pengamatan rutin atau pemantauan
Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor didalamnya yang saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.
4. Petani sebagai ahli PHT
Penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. Rekomendasi PHT hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani mampu menerapkan PHT, diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal maupun informal.
Hal-hal yang diperlukan untuk penerapan PHT
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, maka untuk penerapan PHT diperlukan komponen teknologi, sistem pemantauan yang tepat, dan petugas atau petani yang terampil dalam penerapan komponen teknologi PHT.

Penggunaan pestisida kimia biasanya alternatif terakhir dari semua metode pengendalian hama, penggunaan pestisida kimia merupakan usaha pengendalian hama yang kurang bijak, jika tidak diikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Hal tersebut perlu diperhatikan. Karena jika tidak diperhatikan dengan baik dan benar maka akan menimbulkan ledakan populasi hama. Karena itu pengendalian hama dengan menggunakan pestisida kimia perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan, manusia dan hewan.
Selektifitas jenis pestisida, yaitu memilih pestisida yang berpengaruh tinggi yang ditimbulkan pestisida terhadap hama (OPT) dan berpengaruh rendah terhadap manusia, musuh alami, dan lingkungan.
Selektifitas dibagi menjadi dua yaitu :
Selektifitas fisiologi, adalah selektifitas yang disebabkan dari perbedaan kepekaan (sensitivitas) fisiologi hama terhadap jenis pestisida yang digunakan. Contohnya, formulasi bahan aktif yang digunakan.
Selektifitas ekologi, adalah selektifitas yang disebabkan saat aplikasi, cara aplikasi, formulasi pestisida, dan lokasi pertanaman yang diaplikasikan pestisida.
Macam macam jenis pestisida yaitu, sebagai berikut :
1. Insektisida untuk pengendalian hama serangga
2. Fungisida untuk pengendalian penyakit yang disebabkan oleh cendawan
3. Akarisida untuk pengendalian tungau atau hama yang digolongkan karina
4. Rodentisida untuk pengendalian hama pengerat (seperti tikus)
5. Molluskisida untuk pengendalian siput atau mollusca
6. Nematisida untuk pengendalian nematoda
7. Bakterisida untuk pengendalian penyakit yang disebabkan oleh bakteri
8. Herbisida untuk pengendalian rumput liar atau gulma

PENGGUNAAN PESTISIDA HARUS BERDASARKAN PADA ENAM TEPAT
Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.
1. Tepat Sasaran
Tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah awal yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang. Langkah selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang sesuai dengan OPT tersebut. Pada tabel berikut disajikan daftar golongan pestisida berdasarkan OPT sasaran.
2. Tepat Mutu
Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik. Untuk itu agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pestisida yang terdaftar dan diijinkan beredar di Indonesia kemasannya diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.
3. Tepat Jenis Pestisida
Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar dipilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman. Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
4. Tepat Waktu Penggunaan
Waktu penggunaan pestisida harus tepat, yaitu pada saat OPT mencapai ambang pengendalian dan penyemprotannya harus dilakukan pada sore hari (pukul 16.00 atau 17.00) ketika suhu udara < 30°C dan kelembaban udara 50-80%.
5. Tepat Dosis atau Konsentrasi Formulasi
Dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu sesuai dengan rekomendasi anjuran karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut pada suatu jenis tanaman. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen yang membahayakan bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
6. Tepat Cara Penggunaan
Pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Namun demikian, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan dengan cara disemprot. Pada jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan, pengembusan, pengolesan, dll. Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau label kemasan pestisida.

6 Cara Menggunakan Pestisida yang Biasa Dilakukan di Lapangan
1.Teknik Penaburan (Soil Incroporation)
Teknik penaburan memang menjadi cara menggunakan pestisida yang paling umum dilakukan di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mencegah hama penyakit yang ada di dalam tanah maupun di jaringan tanaman. Biasanya teknik penaburan dilakukan untuk pestisida jenis padat seperti formulasi butiran dan memiliki cara kerja sistemik. Untuk pestisida ini contohnya adalah Wingran 0,5 GR, Furadan 3GR, Dharmafur 3 GR, Ventura dan Regent 0,3 GR.
2. Teknik Fumigasi (Fumigation)
Cara menggunakan pestisida yang kedua adalah fumigasi. Fumigasi adalah pemberian pestisida dengan menggunakan gas. Namun, penggunaan ini haruslah diawasi dengan baik, sebab gas yang digunakan adalah gas berbahaya dan beracun. Fumigasi pada awalnya digunakan untuk mengusir hama di sebuah gudang.
Namun, untuk penggunaannya pada lahan pertanian haruslah ditutup dengan plastik terlebih dahulu. Sebagian orang menilai teknik fumigasi dinilai cukup baik karena tidak menimbulkan residu pestisida di dalam tanah. Gas yang sering digunakan dalam fumigasi adalah fumigan Basamid G.
3. Teknik Pengumpanan (Baiting)
Pengumpanan mungkin sebagai cara yang belum begitu terkenal di Indonesia dan digunakan di area tertentu. Cara menggunakan pestisida dengan pengumpanan dilakukan dengan mencampur pestisida bersama bahan makanan. Tujuannya adalah untuk mencegah hama hewan baik mati atau mandul setelah memakannya. Biasanya hama yang menjadi target sasaran untuk cara pengumpanan adalah tikus dan babi hutan. Adapun pestisida yang digunakan antara lain adalah Borratm Ractikus, Petrokum dan Klerat.
4. Teknik Penghembusan (Dusting)
Cara menggunakan pestisida lainnya melalui penghembusan atau dusting. Ini juga jarang dilakukan di Indonesia dan biasa digunakan di negara-negara tertentu dengan lahan pertanian yang cukup luas. Caranya dengan menggunakan pesawat khusus yang menyemprotkan bubuk pestisida di atas lahan pertanian. Kelebihan teknik ini memang tidak membutuhkan banyak air. Namun, kelemahannya adalah sangat rentan bila terkena angin. Maka dari itu, cara ini dinilai tidak efisien dan membutuhkan biaya cukup tinggi.
5. Teknik Pengasapan (Fogging)
Fogging atau pengasapan sebenarnya memiliki teknik yang hampir sama dengan fumigasi. Keunggulannya memang tidak menimbulkan residu. Akan tetapi di sisi lain kelemahannya adalah zat kimia yang digunakan dapat terhirup dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Pengendalian hama melalui pengasapan biasanya digunakan untuk mencegah hama seperti kecoa, tikus, dan lainnya. Pestisida yang digunakan dalam pengasapan antara lain adalah Crown 100 EC.
6. Teknik Penyemprotan (Spraying)
Cara menggunakan pestisida dengan teknik penyemprotan juga sudah lazim dilakukan di Indonesia. Hal ini dikarenakan penyemprotan menggunakan air ini dirasa lebih efektif dan penyebarannya merata di lahan pertanian. Untuk melakukannya, Anda perlu memperhatikan dosisnya dengan jumlah yang tepat serta pastikan alat semprotnya dalam keadaan baik. Pestisida yang digunakan adalah yang berbentuk padat yang dapat dilarutkan seperti SL dan yang dapat diemulsikan seperti EC.

Manajemen Resistensi Hama Terhadap Pestisida
Salah satu masalah terbesar dalam pertanian adalah hama. Biasanya, masalah ini diatasi petani dengan mengaplikasikan pestisida pada tanaman. Tujuannya memang untuk membunuh hama. Akan tetapi, pada kenyataannya, seringnya penggunaan pestisida justru meningkatkan populasi hama.
Hama yang tetap hidup akan tumbuh dan berkembang menjadi populasi yang baru dengan tingkat ketahanan yang semakin meningkat. Ketika populasi hama tahan sudah mendominasi, maka aplikasi pestisida tertentu sudah tidak efektif lagi, sehingga dikatakan bahwa populasi hama telah “resisten”.
Jadi, resistensi hama dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana hama sudah kebal terhadap pestisida yang diaplikasikan. Perubahan ini menyebabkan pestisida yang awalnya efektif untuk mengendalikan hama menjadi tidak efektif lagi.
Terdapat beberapa jenis hama yang sudah diketahui mengalami resistensi terhadap pestisida antara lain hama kubis Plutella xylostella dan Crocidolomia pavonana, hama penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella) serta ulat grayak (Spodoptera litura). Demikian juga hama hama-hama pada tanaman padi seperti wereng coklat (Nilaparvata lugens), hama walang sangit (Nephotettix inticeps) dan ulat penggerek batang (Chilo suppressalis).
Memang akan sulit membasmi hama yang sudah kebal, namun bukan berarti tidak ada solusi untuk mengatasinya. Langkah-langkah berikut ini dapat dicoba untuk mengendalikan hama yang sudah resisten.
1. Mengurangi Ketergantungan Terhadap Pestisida
Sejak awal memang disarankan untuk menggunakan pestisida secara bijaksana, memperhatikan dosisnya jangan sampai melebihi ambang batas yang sudah ditentukan. Selain itu kembali pada cara tradisisonal seperti menggunakan musuh alami dari hama juga perlu ditingkatkan lagi. Semakin sedikit pestisida yang digunakan, maka diharapkan semakin berkurang pula resistensi hama terhadap pestisida.
2. Menggunakan Pestisida Secara Rasional
Metode ini dilakukan dengan cara menerapkan pola pergantian pestisida yang berhubungan dengan racun beserta stabilitas, selektifitas, serta cara kerjanya terhadap hama. Namun untuk pergantian ini tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, melainkan perlu mengenali ekologi hama, musuh alaminya, serta tingkat resistensi hamanya terhadap pestisida.
3. Pengembangan Produk Baru
Setelah mengetahui tingkat resistensi hama, pengembangan produk pestisida sangat penting untuk dilakukan. Penggunaannya pun harus diawasi dan dilakukan secara bijaksana, agar keefektifitasan dari produk pestisida tersebut tetap terjaga. Jangan sampai dosis yang sudah pas ditambahi lagi dan mengakibatkan munculnya populasi hama resisten yang baru.
4. Penggunaan Pestisida Tepat Cara
Penggunaan pestisida harus dilakuakan dengan benar dan bijaksana. Aplikasi yang benar menjadikan pestisida menjadi efektif, sedangkan aplikasi yang bijaksana dapat meminimalkan dampak negatif pestisida terhadap pengguna, konsumen dan lingkungan serta efisien dan ekonomis. Penggunaan pestisida harus memperhatikan asas lima tepat, yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara penggunaan.

PETUNJUK KEAMANAN PADA SAAT PENYEMPROTAN PESTISIDA
Pestisida merupakan bahan beracun. Oleh karena itu faktor keamanan pada saat melakukan penyemprotan harus mendapat perhatian, baik pada manusia mapun terhadap lingkungan.
1. Keamanan terhadap manusia
Keamanan terhadap manusia khususnya pada petugas penyemprot dan pekerja lain di lahan tersebut. Petugas penyemprot harus dilengkapi dengan celana panjang, baju lengan panjang, topi atau penutup kepala, masker, sarung tangan, dan kaca mata khusus. Selain itu faktor-faktor lain yang harus diperhatikan oleh petugas penyemprotan ialah sebagai berikut :
• Penyemprotan harus dilakukan sambil berjalan mundur  agar petugas penyemprot tidak terpapar langsung oleh pestisida
• Jangan    makan,    minum,    atau    merokok    selama    melakukan aktivitas penyemprotan pestisida
• Jangan menyentuh tanaman yang baru disemprot
• Cuci tangan sebelum makan, minum, atau merokok
• Bersihkan badan dan cuci pakaian yang telah setelah digunakan.
Selain petugas penyemprotan, pekerja lainnya dilarang berada di areal penyemprotan selama berlangsungnya kegiatan penyemprotan pestisida dan dilarang masuk ke lahan yang telah selesai dilakukan penyemprotan minimal 1 jam setelah penyemprotan pestisida.
2. Keamanan terhadap lingkungan
Penanganan pestisida agar tidak mencemari lingkungan juga harus mendapat perhatian, yaitu :
• Hindari kebocoran peralatan semprot
• Hindari tetesan larutan semprot dari tanaman ke tanah
• Jangan membuang sisa larutan semprot sembarangan
• Jangan mencuci pakaian dan peralatan semprot yang telah digunakan di mata air atau sungai
• Bekas kemasan pestisida dibakar selanjutnya dikubur.
Sampai disini dulu ya pembahasan mengenai pestisida dan pengendalian hama terpadu. Mungkin dilain waktu aku bisa bahas lebih lanjut lagi. Terima Kasih untuk yang sudah membaca dan Semoga Bermanfaat, Tetap Jaga Kesehatan dan #dirumahaja ya teman teman (salam dari mahasiswi pertanian).

Sumber data atau informasi :
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-terbaru/378-empat-prinsip-dasar-dalam-penerapan-pengendalian-hama-terpadu-pht.html
https://www.google.com/amp/s/www.rancah.com/berita-opini/59352/pengendalian-hama-dan-kualitas-pangan/amp/
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89290/6-Prinsip-penggunaan-Pestisida-menurut-Ilmu-HPT/
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-terbaru/326-penggunaan-pestisida-harus-berdasarkan-pada-enam-tepat.html
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/techno-geek/6-cara-menggunakan-pestisida-yang-biasa-dilakukan-di-lapangan-1rhJc7h9MhL
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-terbaru/345-resistensi-organisme-pengganggu-tumbuhan-opt-terhadap-pestisida
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-terbaru/343-petunjuk-keamanan-pada-saat-penyemprotan-pestisida
https://belajartani.com/pestisida-selektif-dan-kaitannya-dengan-pengendalian-hama-terpadu-pht/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UNSUR UNSUR CUACA BAG. 2

Assalamualaikum Wr. Wb. Kenalin nih nama aku Retno Sundari, Mahasiswi Prodi Agroekoteknologi, Fakultas BioIndustri, Universitas Trilogi. Hai everyone, gimana kabarnya nih ???. Nah kali ini aku bakalan share ke kalian semua ttg Kelembaban Udara. Yuk bagi kalian yg mau mendalami ttg Kelembaban Udara, Tekanan Udara, dan Awan serta Angin bisa disimak dari ringkasan materi ini. 1. Pengertian Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah sejumlah uap air yang berada dalam keadaan campuran gas antara udara dan uap air. Jumlah uap air dalam udara hanya merupakan bagian kecil saja dari atmosfir. Kira-kira 2 % dari jumlah masa. Tetapi jumlah ini tidak konstan,bervariasi antara 0-5%. Alat tersebut merupakan psikrometer, psikrometer merupakan contoh dari sekian alat pengukur kelembaban udara. Walaupun jumlahnya kecil, tetapi kelembaban udara mempunyai arti penting karena besar uap air di udara merupakan sebuah salah satu indikator akan terjadinya hujan. Uap air tersebut juga menyerap radiasi bu...

KLASIFIKASI IKLIM

Assalamualaikum Wr. Wb. Hallo semuanya, Nama saya Retno Sundari. Kali ini aku pengen kasih tahu ke kalian materi tentang Klasifikasi Iklim. Untuk lebih lanjut yuk disimak penjelasan di bawah ini 👇👇👇...     Klasifikasi iklim  merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan  iklim  yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan  latitudo  (posisi relatif terhadap  khatulistiwa , garis lintang), letak  geografi , dan kondisi  topografi , suatu tempat memiliki kekhasan iklim.    Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan  bioma  atau  provinsi floristik  karena iklim mempengaruhi  vegetasi  asli yang tumbuh di suatu kawasan.    Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah  klasifikasi Koeppen dan Geiger . Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk kajian-kajian  geologis  dan  ekologi . Beberapa negara mengembangkan kl...