Langsung ke konten utama

KLASIFIKASI IKLIM

Assalamualaikum Wr. Wb.
Hallo semuanya, Nama saya Retno Sundari. Kali ini aku pengen kasih tahu ke kalian materi tentang Klasifikasi Iklim. Untuk lebih lanjut yuk disimak penjelasan di bawah ini 👇👇👇...

   Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu tempat memiliki kekhasan iklim.
   Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu kawasan.
   Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, yang ternyata disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem Schmidht- Ferguson didasarkan pada klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus kriterianya. 

1. Klasifikasi Iklim Koppen 
* Langkah-langkah penerapan klasifikasi iklim koppen yaitu sebagai berikut : 
- Struktur bumi pada iklim ini sejatinya dibagi ke dalam dua belahan, yaitu Belahan Bumi Utara (BBU) dan Belahan Bumi Selatan (BBS)
- Tiap-tiap belahan bumi, ditetapkan ada empat musim yaitu musim dingin (winter), semi (spring), gugur (autum), dan panas (summer). Masing-masing musim berlangsung selama tiga bulan. 
* Macam-macam Iklim Koppen : 
   Koppen membagi iklim di dunia berdasarkan pada kondisi curah hujan dan temperature di suatu wilayah dengan menggunakan simbol huruf besar dan kecil. Simbol huruf besar digunakan untuk menentukan pembagian daerah iklim berdasarkan temperatur bulan terdingin atau terpanas. Sedangkan simbol huruf kecil digunakan untuk membedakan tipe atau ciri-ciri hujan di setiap daerah iklim. 
A : Iklim Tropis 
B : Iklim Kering
C : Iklim Sedang
D : Iklim Dingin
E : Iklim Kutub 
f : selalu basah (hujan bisa jatuh pada semua musim)
s : bulan kering pada musim panas di belahan bumi yang bersangkutan
w : bulan kering (winter) 
m : hujan cukup/ medium

Penggabungan dari masing- masing kondisi temperatur & curah hujan dapat menghasilkan pembagian iklim sebagai berikut :
• Iklim Hujan Tropis (A)
   Iklim hujan tropis merupakan iklim yang termasuk kategori iklim yang panas. Persebarannya di wilayah yang mempunyai temperatir bulanan paling dingin sekitar 180 celcius. Iklim ini dibagi menjadi 3 tipe iklim, yaitu:
* Hutan Hujan Tropis (Af)
   Iklim hutan hujan tropis  dikenal juga sebagai iklim khatulistiwa merupakan iklim yang biasanya di wilayah  tropis atau di sepanjang khatulistiwa, yang selalu diguyur hujan sepanjang tahun. Hutan ini dikenal sebagai paru-paru dunia karena hampir 40% produksi oksigen dunia dari hutan hujan tropis. Selain itu, sebagai penyimpan cadangan karbon dunia. Persebarannya di Indonesia meliputi wilayah Sumatera, Sulawesi Utara dan Kalimantan. Karakteristik wilayah yang memiliki iklim ini yaitu : 
- Mempunyai curah hujan yang cukup tinggi (lebih dari 1200 mm per tahun)
- Mempunyai musim kering yang pendek, bahkan di beberapa tempat hampir tidak pernah mengalami musim kering, oleh karenanya tipe hutan ini sering disebut hutan everwet (selalu basah) atau evergreen (selalu hijau) 
- Mempunyai banyak jenis pohon
- Mempunyai suhu yang stabil berkisar antara 20-34°C
- Pancaran sinar matahari yang cukup, karena hutan hujan tropis terletak di garis lintang 5-10° ke Utara dan Selatan garis Khatulistiwa.
* Monsoon Tropika (Am)
   Iklim monsoon atau iklim antara merupakan daerah peralihan yang jumlah hujan pada bulan basahnya dapat mengimbangi kekurangan hujan pada saat bulan kering, karena musim keringnya hanya sebentar. Di wilayah ini masih terdapat hutan-hutan yang cukup lebat. Persebarannya di Indonesia meliputi wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Pantai Selatan Papua dan sebagian Sulawesi Selatan.
* Savana (As dan Aw)
   Iklim savana tropika atau Iklim savana dengan musim panas kering (As) merupakan wilayah yang memiliki musim kering yang panjang. Jumlah hujan pada bulan basah tidak akan mampu mengimbangi kekurangan hujan ketika bulan kering. Vegetasi yang bisa tumbuh di wilayah ini tidak banyak.  Contoh vegetasinya yaitu rumput dan pepohonan yang jarang. Persebarannya di Indoneisa antara lain di Nusa Tenggara dan Madura. 
   Selain savana dengan musim panas kering, ada pula savana dengan musim dingin kering atau dikenal dengan iklim A. Suhu rata-rata tahunan di wilayah savana adalah 26.5 °C, dengan curah hujan rata-rata 1391 mm.

• Iklim Kering (B)
   Iklim kering atau sub tropis, merupakan iklim yang memiliki tingkat evaporasi lebih tinggi daripada curah hujan yang diterimanya sepanjang tahun. Temperatur pada bulan yang terdingin mencapai 18,3 °C. wilayah yang memiliki ikli ini memiliki persediaan air yang bahkan tidak mendukung untuk kehidupan tanaman. Adapun langkah-langkah untuk menentukan iklim ini yaitu:
- Mengalikan suhu rata-rata tahunan dalam ° C dengan 20.
- Ditambah dengan 280 apabila 70% atau lebih total curah hujan tahunan diterima pada bulan-bulan musim semi dan panas (April sampai September di belahan bumi utara, atau Oktober sampai Maret di belahan bumi selatan).
- Ditambah dengan apabila 140 jika 30% -70% dari total curah hujan yang diterima selama periode yang berlak.
- Ditambah dengan apabila 0 jika kurang dari 30% dari total curah hujan yang diterima.
Iklim kering dibagi menjadi dua tipe yaitu :
* Iklim Stepa/ Semi Gersang (Bs)
Akan terjadi, apabila perhitungan yang dihasilkan menunjukkan bahwa curah hujan tahunan berjumlah lebih dari separuh hasil akhir.
 * Iklim Padang Pasir/ Gurun (Bw)
Akan terjadi, apabila perhitungan yang dihasilkan menunjukkan bahwa curah hujan berada di bawah separuh dari hasil akhir yang telah ditentukan. Vegetasi yang bisa bertahan di iklim ini diantaranya adalah kaktus.

• Iklim Hujan Sedang/ Mesotermal (C)
   Iklim Hujan Sedang merupakan iklim yang persebarannya di daerah yang memiliki suhu rata- rata di bulan terpanas lebih dari 10 derajat celcius. Iklim sedang dibagi menjadi 3 tipe iklim, yaitu :
* Iklim Sedang yang memiliki musim panas yang kering (Cs). Persebaranya antara lain di California, Perth di Australia, Madrid di Spanyol, Santiago di Chili dan sebagainya.
* Iklim Sedang Basah (humid mesothermal) dengan musim dingin yang kering (Cw). Persebarannya antara lain di Argentina, Islandia, Chili dan Norwegia.
* Iklim Sedang dengan hujan dalam semua bulan yang lembab (Cf). 

• Iklim Dingin/ Iklim Benua/ Mikrotermal (D)
   Iklim dingin merupakan ikllim yang mempunyai suhu rata-rata pada bulan terdingin di bawah -3 C, sedangkan suhu rata-rata pada bulan terpanas di atas 10 C. Iklim dingin dibagi menjadi dua tipe yakni : 
* Iklim Hutan Salju Dingin dengan musim dingin yang kering (Dw). Persebarannya antara lain di Rusia dan Seoul Korea Selatan.
* Iklim Hutan Salju Dingin dengan semua bulan lembab (Df). Persebarannya antara lain di Norwegia, Canada dan sebagainya.

• Iklim Kutub (E)
   Iklim kutub merupakan iklim yang terdapat di daerah yang mempunyai temperatur rata- rata di bulan terpanas kurang dari 10 derajat Celcius. Wilayah ini tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi dan padang lumut. Iklim kutub ini dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu :
* Iklim Tundra (Et). Persebarannya antara lain di Rusia dan Kanada Utara
* Iklim Es Salju Abadi (Ef). Persebarannya antara lain di Greenland dan Antartika

Manfaat Iklim Koppen yaitu : 
   Klasifikasi iklim Koppen ini memiliki tujuan yang bermanfaat untuk perancangan formula yang akan menentukan batas- batas iklim sedemikian rupa sehingga sesuai dengan mereka yang sedang berada di zona vegetasi atau bioma yang sedang dipetakan.
   Berdasarkan pada klasifikasi Iklim Koppen, dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah dan perwilayahan Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan beriklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya beriklim E. 

2. Klasifikasi Iklim Schmidt- Ferguson 
   Terdapat negara yang memiliki variasi iklim yang beragam sehingga mereka mengembangkan klasifikasi iklim mereka sendiri. Sebagai contoh negara kita sendiri Indonesia, Indonesia sering menggunakan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson. 
   Dimana Schmidt merupakan pejabat Direktur Lembaga Meteorologi dan Geofisika di Jakarta dan Ferguson merupakan guru besar pengelolaan hutan Fakultas Pertanian UI pada saat itu. Mereka mengembangkan klasifikasi iklim yang sesuai untuk Indonesia. Klasifikasi ini cukup populer untuk negara yang memiliki 2 musim seperti Indonesia (musim kering dan musin hujan) dan negara- negara tetangga. 
   Klasifikasi iklim ini memiliki indikator utama (bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering). Klasifikasi iklim menurut Schimidt dan Ferguson ini dikembangkan pada tahun 1950, mereka mengembangkan klasifikasi ini karena mereka merasa bahwa klasifikasi yang ada tidak cocok apabila digunakan di Indonesia. 
   Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya indikator utama dalam klasifikasi ini adalah bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering. Kriteria untuk penentuan tersebut dilakukan berdasarkan curah hujan setiap bulan. Lebih jelasnya sebagai berikut :
- Bulan kering : memiliki curah hujan < 60 mm setiap bulan
- Bulan lembab : memiliki curah hujan 60-100 mm setiap bulan
- Bulan basah : memiliki curah hujan > 100 mm setiap bulan 
  Kategori bulan di atas merupakan hasil dari penelitian Schmidt dan Ferguson, setelah diketahui bulan tersebut termasuk dalam kategori apa selanjutnya akan dijumlahkan rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah untuk diketahui iklim tempat tersebut. Klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson juga sering disebut model Q, dimana model Q merupakan menentukan nilai Q sehingga akan didapatkan penentuan termasuk dalam iklim apa tempat tersebut. 
Berikut ini rumus model Q : 
   Model Q ditentukan dari perhitungan dari jumlah rata-rata bulan kering dan bulan basah lalu akan dibagi sehingga akan didapatkan nilai Q untuk penentuan iklimnya. Perhitungan jumlah rata-rata bulan kering dan bulan basah dilakukan dalam suatu periode, sebagai contoh 1 tahun, atau bahkan 30 tahun. 

3. Klasifikasi Iklim Oldeman 
   Klasifikasi iklim bermacam-macam dan salah satunya yang sering digunakan di Indonesia adalah Klasifikasi Oldeman. Seperti Schmidt-Ferguson, Oldeman hanya menggunakan unsur curah hujan sebagai dasar dari klasifikasi iklim. Perbedaannya adalah Oldeman menggunakan metode bulan kering dan bulan basah berturut-turut dan dihubungkan untuk zonasi komoditas pertanian di daerah tertentu. 
   Klasifikasi Oldeman juga sering dikenal dengan sebutan zona agroklimatologi. Contohnya curah hujan 200 mm per bulan sangat cocok untuk budidaya padi basah. Sementara palawija cocok ditanam pada bulan dengan curah hujan 100 mm. Musim hujan selama 5 bulan berturut-turut cukup untuk dilakukan budidaya padi sawah dalam satu musim. 

• Kriteria Iklim Oldeman yaitu : 
- Bulan Basah = rata-rata curah hujan > 200 mm per bulan
- Bulan Kering = rata-rata curah hujan < 100 mm per bulan
- Bulan Lembab = rata-rata curah hujan 100 - 200 mm per bulan

• Tipe Utama Iklim Oldeman yaitu : 
- Iklim A = jika ada lebih dari 9 bulan basah berturut-turut
- Iklim B = jika ada 7 - 9 bulan basah berturut-turut
- Iklim C = jika ada 5 - 6 bulan basah berturut-turut
- Iklim D = jika ada 3 - 4 bulan basah berturut-turut
- Iklim E = jika ada < 3 bulan basah berturut-turut 
• Sub Tipe Iklim Oldeman ada 5 yaitu : 
- 1 = bulan kering berjumlah < atau sama dengan 1
- 2 = bulan kering 2 -3 kali
- 3 = bulan kering 4 - 6 kali
- 4 = ada > 6 bulan kering

• Zona Agroklimatologi Oldeman yaitu : 
- A1, A2 = Sesuai untuk budidaya padi terus-menerus namun produksi agak rendah karena kerapatan fluks matahari rendah sepanjang tahun.
- B1 = Sesuai untuk tanaman padi terus menerus dengan perencanaan awal musim tanam yang baik. Produksi maksimal jika dilakukan di musim kemarau.
- B2 = Dapat dibudidayakan padi dua kali setahun dengan varitas umur pendek dan musim kering pendek untuk palawija. 
- C1 = Budidaya padi sekali dan palawija dua kali dalam satu tahun.
- C2, C3, C4 = Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun. Namun tanam palawija kedua harus hati-hati karena jatuh di musim kering.
- D1 = Tanam padi umur pendek satu kali dengan panen yang tinggi biasanya karena kerapatan fluks matahari tinggi. 
- D2, D3, D4 = Memungkinkan untuk satu kali padi dan satu kali tanam palawija, tergantung dari kestabilan irigasi.
- E = Wilayah ini umumnya kering tandus, mungkin bisa untuk palawija sekali dan itu pun tergantung dari adanya hujan. 

Sekian dari saya yang bisa saya sampaikan, semoga apa yang saya tulis ini bermanfaat untuk kalian semua. Terima Kasih dan Wassalamualaikum Wr. Wb. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UNSUR UNSUR CUACA BAG. 2

Assalamualaikum Wr. Wb. Kenalin nih nama aku Retno Sundari, Mahasiswi Prodi Agroekoteknologi, Fakultas BioIndustri, Universitas Trilogi. Hai everyone, gimana kabarnya nih ???. Nah kali ini aku bakalan share ke kalian semua ttg Kelembaban Udara. Yuk bagi kalian yg mau mendalami ttg Kelembaban Udara, Tekanan Udara, dan Awan serta Angin bisa disimak dari ringkasan materi ini. 1. Pengertian Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah sejumlah uap air yang berada dalam keadaan campuran gas antara udara dan uap air. Jumlah uap air dalam udara hanya merupakan bagian kecil saja dari atmosfir. Kira-kira 2 % dari jumlah masa. Tetapi jumlah ini tidak konstan,bervariasi antara 0-5%. Alat tersebut merupakan psikrometer, psikrometer merupakan contoh dari sekian alat pengukur kelembaban udara. Walaupun jumlahnya kecil, tetapi kelembaban udara mempunyai arti penting karena besar uap air di udara merupakan sebuah salah satu indikator akan terjadinya hujan. Uap air tersebut juga menyerap radiasi bu...

Pestisida dan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Assalamualaikum Wr. Wb. Hallo teman-teman, gimana kabarnya nih ? Semoga pada sehat semua ya. Udh lama nih aku gak nulis di blog, nah kali ini aku bakal bahas tentang pestisida dan pengendalian hama terpadu (PHT). Yuk yg mau tahu lebih lanjut bisa disimak ya hehe... EMPAT PRINSIP DASAR DALAM PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting. Ada empat prinsip dasar yang mendorong penerapan PHT secara nasional, terutama dalam rangka program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. ...